I. PENDAHULUAN
1.
1. Latar Belakang Masalah
Topik tentang Neraka yang
dibicarakan dalam Kitab Suci, khususnya dalam Perjanjian Baru merupakan bahasan
yang serius dan menakutkan. Apalagi hal ini dikemukakan oleh Tuhan Yesus
sendiri sebagaimana dapat dibaca dalam Injil. Neraka sungguh menjadi tempat
yang mengerikan dengan berbagai kategori analogis yang menyertainya, seperti: “api”
yang menyala-nyala untuk membakar; suasana dimana terdapat “ratapan dan
kertakan gigi”, atau dalam ungkapan lainnya sebagai “kegelapan yang paling
gelap”. Semua gambaran ini jelas memperlihatkan bahwa Neraka adalah tempat yang
tidak layak huni dan karena itu perlu dihindari oleh umat manusia. Namun
serentak dengan adanya kesadaran semacam ini, muncul pula gugatan lain yang
mempertanyakan, mengapa Allah yang mahapengasih mengadakan Neraka bagi umatNya
senidiri? Apakah Neraka merupakan hukuman kekal dimana api yang menyala-nyala
membakar tanpa terpadamkan, untuk memanggang orang berdosa selama-lamanya? Apakah
dengan mengadakan Neraka seperti ini Allah telah bertindak adil terhadap umatNya?
Pengajaran tentang Neraka sebagai
pokok yang sangat mengerikan juga telah melembaga dalam Gereja. Dalam keyakinan
iman Kristen, Neraka pada hakikatnya dimengerti sebagai lawan dari Surga.[1]
Meskipun semua hal lain mengenai api dan siksaan badan di Neraka hanya bersifat
kiasan, namun hal itu bukan berarti bahwa tidak ada penghakiman di sana. Sebab
pada intinya setiap orang mendambakan kesatuan dengan dengan Allah. Mungkin
saja di dunia ini orang tidak membutuhkan Allah, tetapi bila manusia sudah mengenal
dirinya dengan baik, maka ia tentu merasakan dan mengalami bahwa hidup tanpa
Allah adalah maut.[2]
Itulah makna dari Neraka yang berarti keterpisahan hidup dari Allah sehingga
mengakibatkan kebinasaan.
Dalam artikel ini peneliti ingin mengetengahkan
informasi tentang Neraka sebagaimana yang tertulis dalam Kitab Suci Perjanjian
Baru. Fokus peneliti di sini adalah meneliti pengajaran Tuhan Yesus tentang
Neraka dalam Injil Matius, Markus dan Lukas.
1.
2. Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini, pokok
permasalahan yang mau dikemukakan, yaitu:
a. Berapa
kali kata Neraka disebut oleh Tuhan Yesus dalam Injil Matius, Markus dan Lukas?
b. Tuhan
Yesus berbicara tentang Neraka tatkala berhadapan dengan siapa (para pendengarNya)?
c. Kategori
analogis apa saja yang menunjuk pada kata Neraka dalam pengajaran Tuhan Yesus?
d. Apa
makna Neraka dalam pengajaran Tuhan Yesus?
1.
3. Tujuan Penelitian
Ada beberapa tujuan yang mau dicapai
dari penelitian ini, yaitu:
a. Untuk
mengetahui berapa banyak kali kata Neraka disebut dalam Injil Matius, Markus
dan Lukas.
b. Untuk
mengetahui siapa saja pendengar yang hadir tatkala Tuhan Yesus berbicara
tentang Neraka.
c. Untuk
menggambarkan kategori-kategori analogis yang menunjuk pada kata Neraka dalam
pengajaran Tuhan Yesus.
d. Untuk
menjelaskan makna Neraka dalam pengajaran Tuhan Yesus.
1.
4. Manfaat Penelitian
Penelitian
yang dibuat ini bermanfaat untuk memurnikan pemahaman umat beriman Kristen tentang
Neraka dalam pengajaran Tuhan Yesus.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Neraka seringkali dilukiskan sebagai
tempat yang mengerikan dengan berbagai kategori analogis yang menunjuk kepadanya.
Hal ini mungkin dilatar-belakangi oleh pengajaran Tuhan Yesus sendiri yang
dalam berbagai kesempatan berbicara secara analogis mengenai riilnya neraka seperti
itu bagi umat manusia. Namun bahasa analogis yang dipakai Tuhan Yesus seringkali
ditafsir formal sehingga pemahaman yang berkembang mengenai Neraka seolah-olah
sebagai tempat penyiksaan seumur hidup bagi orang berdosa, yang selama hidup di
dunia tidak mengindahkan kehendak Tuhan.
Selain itu, pemahaman tentang Neraka
juga seringkali dihubungkan dengan konsep dosa dan kelalaian mengaku dosa
dengan menerima sakramen tobat. Hal ini cukup mempengaruhi konsep umat beriman
pada umumnya sehingga hanya memandang actus
dari pengakuan dosa dengan menerima sakramen tobat sebagai yang menyelamatkan
tanpa forma yang sungguh-sungguh
untuk membarui diri. Terjadilah di sini kepura-puraan untuk menghindar dari
Neraka dengan bersembunyi di balik sakramen tobat. Padahalnya, kemunafikan
seperti ini yang justru ditentang Tuhan sebab yang terpenting bagiNya adalah metanoia bukannya actus kepura-puraan. Kepada mereka yang berlaku demikian pun akan
mendapatkan ganjaran Neraka.
Berikut ini ada beberapa rujukan yang
coba memperlihatkan konsep umat beriman tentang Neraka.
2.
1. Neraka Sebagai Tempat Penyiksaan
Kekal
Alkisah, pada tahun 1976 seorang
wanita kelahiran Chattanooga, Tennessee, Mary Kathryn Baxter mengaku mengalami
pengalaman mistik dipilih dan dibimbing oleh Tuhan untuk melihat keadaan
Neraka. Dalam catatannya yang diselesaikan pada tahun 1983 namun baru kemudian diterbitkan
dalam bentuk buku pada tahun 1993, terdapat kesaksiannya sebagai berikut:
To those of you who think that
hell is here on earth, you are right - it is! Hell is in the center of the
earth, and there are souls in torment there night and day. There are no parties
in hell. No Love. No compassion. No rest. Only a place of sorrow beyond your
belief.[3]
Selain
kesaksian tersebut, terdapat pula kesaksian lain yang senada sebagai berikut:
Neraka ada di pusat bumi dan di sana
jiwa-jiwa disiksa siang dan malam. Di neraka tidak ada rasa kasihan, tidak ada istirahat. Hanya suatu
tempat penderitaan di luar dugaan kita. Semua pencemooh dan orang-orang tidak
percaya, dan berdosa akan mendapat bagian di sana selamanya. Ketika mati, dalam
sekejap akan berada di sana, sel dan lubang yang gelap, dibakar api dimakan
ulat yang tidak terbakar, dan disiksa oleh makhluk jahat. Bau busuk, menyengat,
basi, sampah menyelimuti udara. Seluruh panca indera bekerja sempurna. Saat
orang masuk ke sana, mereka memiliki perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran yang
sama seperti saat mereka di bumi. Mereka ingat dengan keluarga dan teman-teman
mereka, dan mereka memiliki kesempatan untuk bertobat, tetapi mereka menolak.
Neraka itu benar ada dan penghukuman itu nyata.[4]
Bedasarkan kedua kutipan di atas jelas
diperlihatkan bahwa Neraka lebih dipahami sebagai sebuah tempat penyiksaan
kekal bagi orang berdosa. Bagi mereka yang menghuni tempat penyiksaan ini tidak
ada pilihan lain untuk keluar darinya selain menerima nasib yang telah diputuskan
dan tidak dapat diubah. Neraka sungguh menjadi tempat penyiksaan kekal bagi
orang yang semasa hidupnya tidak membuka diri dan mentaati kehendak Tuhan.
2.
2. Neraka Sebagai Akibat Kelalaian Mengaku Dosa Dengan Menerima Sakramen Tobat
Topik lain yang seringkali dibicarakan
sehubungan dengan Neraka adalah soal dosa dan pengakuan dosa (sin and confession). Dalam benak banyak umat
beriman kedosaanlah yang menyebabkan terciptanya Neraka. Sebab itu, untuk mengatasi
kemungkinan tinggal di Neraka, pengakuan dosa dengan menerima sakramen tobat secara
rutin dipandang penting sebagai harapan hidup sesudah kematian.[5]
Motivasi
pengakuan dosa seperti ini jelas memperlihatkan bahaya kemunafikan untuk menghindar
dari Neraka. Ketakutan terhadap Neraka sebenarnya lebih dipicu oleh soal
mengaku dosa atau tidak selama hidup di dunia ini. Kenyataan ini tanpa disadari
berimbas pada terdepaknya aspek metanoia
(pertobatan yang benar/radikal) dalam praksis hidup umat beriman. Sebab itu, muncullah
kekeliruan pemahaman bahwa dosa adalah sesuatu yang lumrah dan pengakuan dosa dipandang
sebagai obat penawar yang mujarab untuk meluputkan hidup manusia dari Neraka.
Dengan melihat
berbagai kekeliruan pemahaman tentang Neraka seperti yang telah dijelaskan di
atas, maka dalam pendekatan penelitian ini peneliti mencoba untuk mengurai
kembali originalitas pengajaran Tuhan Yesus tentang Neraka. Sehubungan dengan
itu, hipotesis yang bisa dimajukan adalah Neraka lebih merupakan tempat incinerator (pembakaran) Allah untuk
kejahatan. Maksudnya, Neraka bukanlah tempat penyiksaan kekal melainkan tempat
pembinasaan kekal (eternal destruction)
untuk memusnahkan kejahatan.
III. METODE PENELITIAN
3.
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode analisis isi (AI). Metode
pendekatan tersebut merupakan sebuah teknik yang digunakan untuk mendapatkan
informasi yang diinginkan dari tubuh materi atau teks secara sistematis dan
obyektif dengan mengindentifikasi karakteristik tertentu dari suatu materi atau
teks (menurut Smith, dalam Crano, 2002).
3.
2. Obyek Penelitian
Obyek yang menjadi perhatian peneliti
dalam penelitian ini adalah pengajaran Tuhan Yesus tentang Neraka sebagaimana tertulis
dalam Injil Matius, Markus dan Lukas.
3.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel yang dipakai
dalam penelitian ini adalah non-random
sampling. Artinya, ketiga Injil yang dipilih berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan tertentu tanpa memperhatikan kriteria probabilitas bahwa
semua Injil dan surat dalam Kitab Suci Perjanjian Baru memiliki peluang yang
sama untuk dijadikan anggota sampel.
3.
4. Definisi Operasional
a. Pengajaran
Tuhan Yesus adalah hal-hal penting yang disampaikan oleh Tuhan Yesus sehubungan
dengan tema pembicaraan tertentu.
b. Neraka
adalah tempat incinerator (pembakaran)
Allah untuk kejahatan, yang berarti pemusnahan kekal (eternal destruction)
3.
5. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dipakai
dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Maksudnya, peneliti berusaha
untuk mengumpulkan pengajaran Tuhan Yesus tentang Neraka dalam sampel-sampel
yang sudah dipilih, yaitu Injil Matius, Markus dan Lukas.
3.
6. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah pembuatan deskripsi, dengan kelengkapan statistiknya,
yakni persentase. Selain itu, peneliti juga menggunakan statistik inferensial
untuk menarik kesimpulan atau membuat generalisasi-generalisasi berdasarkan
data yang ada di dalam statistik deskriptif tentang sampel-sampel ke dalam
populasi.
IV. Hasil Penelitian
Setelah menghimpun data dari sampel
yang tersedia, yaitu pengajaran Tuhan Yesus tentang Neraka dalam Kitab Suci
Perjanjian Baru menurut Injil Matius, Markus dan Lukas, maka dalam uraian
berikut peneliti ingin menyajikan hasil pengolahan data tersebut dalam
pembabakan sebagai berikut:
4.
1. Kata Neraka
Tabel 1
Penyebutan Kata Neraka
Dalam Injil Matius, Markus dan Lukas
Injil
|
Frekuensi
|
Persentase
|
Matius
|
7
|
64
|
Markus
|
3
|
27
|
Lukas
|
1
|
9
|
Total
|
11
|
100
|
Berdasarkan table di atas, maka jelas
diperlihatkan bahwa kata Neraka paling banyak disebut di dalam Injil Matius,
yaitu sebanyak 7 kali atau 64%. Sedangkan kedua Injil yang lain, Markus hanya
menyebut kata Neraka sebanyak 3 kali atau 27% dan Lukas hanya 1 kali atau 9%.
Perbedaan frekuensi
atau persentase penyebutan kata Neraka di atas mungkin bisa dipahami berdasarkan
latar belakang penulisan Injil masing-masing. Tetapi yang pasti bahwa ayat-ayat
yang menyebut kata Neraka di dalam Injil Markus dan Lukas juga paralel dengan
ayat-ayat di dalam Matius. Meskipun demikian, dari data yang ada bisa
disimpulkan bahwa dari ketiga penginjil tersebut, yang paling serius mengetengahkan
pengajaran Tuhan Yesus tentang Neraka adalah penginjil Matius. Dalam koridor ini
mungkin Injil Matius dapat dilihat sebagai satu katekismus dengan
orientasi pastoral atau sebagai refleksi teologis sejarah keselamatan yang
berpusat pada pribadi Yesus Kristus, pribadi yang menentukan untuk Yudaisme
(Israel)
dan Kristianisme (Gereja).[6]
4.
2. Para Pendengar
Tabel
2
Para
Pendengar Pengajaran Tuhan Yesus Tentang Neraka
Para Pendengar
|
Frekuensi
|
Persentase
|
Orang Banyak Yang Mengikuti Yesus
|
3
|
30
|
Para Murid
|
6
|
60
|
Para Ahli Taurat dan Orang Farisi
|
1
|
10
|
Total
|
10
|
100
|
Berdasarkan
data dari ketiga sampel yang diobservasi, pengajaran Tuhan Yesus tentang Neraka
paling banyak didengar oleh para murid, yakni dengan frekuensi sebanyak 6 kali atau
60%. Hal ini jelas bisa dimaklumi karena para murid adalah “orang-orang dekat”
Tuhan Yesus sehingga hal-hal tertentu yang mau disampaikan oleh Tuhan Yesus lebih
mudah dikomunikasikan kepada mereka.
Selain
itu, sebagai “orang-orang dekat” juga, para murid tentu hadir dalam berbagai
kesempatan bersama Tuhan Yesus, mendengarkan pengajaranNya bersama orang banyak,
tak terkecuali pun saat Tuhan Yesus berhadapan dengan para ahli Taurat dan
orang-orang Farisi. Jadi, berdasarkan generalisasi ini maka bisa disimpulkan
bahwa pengajaran Tuhan Yesus tentang Neraka paling banyak didengar oleh para murid.
4.
3. Kategori Analogis
Tabel
3
Kategori-Kategori
Analogis Tentang Neraka
Kategori Analogis
|
Frekuensi
|
Persentase
|
Neraka
Yang Menyala-Nyala
|
1
|
20
|
Api
Kekal
|
1
|
20
|
Api
Yang Tak Terpadamkan
|
1
|
20
|
Dapur
Api
|
2
|
40
|
Total
|
5
|
100
|
Ada beberapa kategori analogis tentang
Neraka yang bisa dijumpai dalam Injil Matius, Markus dan Lukas. Secara umum, Neraka
digambarkan sebagai “Dapur Api” dengan frekuensi kemunculan sebanyak 2 kali
atau 40%. Selain itu, Neraka juga digambarkan sebagai “Yang Menyala-Nyala”, “Api
kekal”, dan “Api Yang Tak Terpadamkan”.
Berdasarkan kategori-kategori analogis
tersebut, satu hal yang sangat jelas ditekankan sehubungan dengan Neraka adalah
“Tempat Api”. Hal ini kelihatan mendukung hipotesis yang ada bahwa Neraka
merupakan tempat incinerator (pembakaran)
Allah untuk kejahatan. Namun dalam wawasan ini, harus dipahami bahwa Neraka bukan
sekedar tempat penyiksaan kekal melainkan tempat pembinasaan kekal (eternal destruction) untuk memusnahkan
kejahatan. Hipotesis ini mungkin masih membutuhkan penjelasan lebih lanjut,
sebagaimana akan diuji lagi dalam uraian berikut tentang makna Neraka dalam
pengajaran Tuhan Yesus.
4.
4. Makna Neraka Dalam Pengajaran Tuhan Yesus
Dalam mengurai makna Neraka dalam
pengajaran Tuhan Yesus, fokus peneliti berikutnya adalah menjelaskan kembali variabel
pendengar dan kategori analogis yang telah dipaparkan di atas untuk menemukan
pesan terdalam maksud pengajaran Tuhan Yesus.
4.
4. 1. Pengajaran Tentang Neraka Bukan Ditujukan Kepada Orang Yang Tidak Percaya
Kepada Tuhan atau Tidak Beragama, Melainkan Kepada Orang-Orang Religius
Sebagaimana bisa dilihat dalam table
2 tentang para pendengar pengajaran Tuhan Yesus, ada sebuah kejutan yang bisa dirasakan,
yaitu pengajaran tersebut bukan ditujukan kepada orang yang tidak percaya
kepada Tuhan atau tidak beragama, melainkan kepada orang-orang yang merasa
dirinya beragama atau religius. Para murid, khalayak ramai yang mengikuti Yesus,
para ahli Taurat, dan orang-orang Farisi tidak diragukan lagi merupakan pribadi-pribadi
yang beriman kepada Allah untuk memperoleh keselamatan atau masuk Surga. Namun mengapa
Tuhan Yesus justru berbicara lagi kepada mereka tentang kengerian Neraka? Bukankah
lebih tepatnya apabila pengajaran tersebut ditujukan kepada orang-orang yang tidak
percaya kepada Tuhan atau tidak beragama agar mereka dapat bertobat dan membuka
diri kepada kehendak Allah?
Jawaban atas pertanyaan di atas
kiranya bisa ditemukan dalam rujukan mengenai celaan Yesus terhadap ahli-ahli
Taurat dan orang-orang Farisi. Di dalam Matius 23:15, di sana tercatat, “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu mengarungi lautan
dan menjelajah daratan, untuk mentobatkan satu orang saja menjadi penganut
agamamu dan sesudah ia bertobat, kamu menjadikan dia orang neraka, yang dua
kali lebih jahat daripada kamu sendiri”. Dengan kutipan ayat ini, Tuhan
Yesus sebenarnya mau memperingatkan bukan hanya kepada para ahli Taurat dan
orang-orang Farisi (kumpulan orang Yahudi yang paling religius ini), melainkan kepada
semua pihak yang mengira sedang berada di dalam jalur menuju hidup, untuk mengevaluasi
hidup keagamaannya sehingga jangan sampai menyesatkan orang lain dengan
praktik-praktik hidup yang tidak benar. Dengan demikian, menurut Tuhan Yesus
ancaman Neraka bukan hanya bagi mereka yang tidak percaya kepada Tuhan atau
tidak beragama, melainkan juga terutama bagi mereka yang menganggap diri
beragama namun hidup tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.
4.
4. 2. Kategori Analogis Tentang Neraka
4.
4. 2. 1. Neraka Seringkali Dihubungkan Dengan Api
Berdasarkan table 3 tentang kategori-kategori
analogis Neraka, bisa dibaca di sana bahwa “Api” menjadi pokok penting untuk
menjelaskan situasi Neraka. Misalnya, rangkaian kata yang bisa ditemukan adalah
“Neraka yang menyala-nyala” (Bdk. Mat. 5:22). Atau contoh lain lagi di dalam
Matius 10:28; 18:8-9, dan ayat-ayat paralelnya di dalam Markus 9:43, 47, 48.
Namun apa makna dari Neraka dalam perhubungannya dengan Api?
Ada beberapa wawasan yang mau
dikemukakan melalui kategori analogis ini:
Pertama,
Destruction terhubung dengan ide
tentang Neraka. Kata destruction
(kebinasaan, kemusnahan atau kehancuran) seringkali muncul dalam pengajaran
Tuhan Yesus. Sebagai contoh, di dalam Matius 10:28, Tuhan Yesus berkata bahwa
Allah sanggup destroy (membinasakan, menghancurkan,
memusnahkan) tubuh dan jiwa di Neraka. Dalam pengertian ini, maka keterhubungan
Neraka dengan Api berarti pemusnahan.[7]
Kedua, Neraka
adalah incinerator (pembakaran) Allah
untuk kejahatan. Itulah akar kata dari Neraka: Gehenna yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebagai
Hell. Menurut banyak pendapat, kata Gehenna diambil dari nama lembah Hinnom.
Lembah Hinnom adalah tempat pembuangan sampah bagi penduduk Yerusalem yang
letaknya berada di luar kota. Sampah-sampah yang dibuang di lembah itu harus
dibakar, dimusnahkan. Pengertian semacam itulah yang diambil-alih juga untuk
menjelaskan maksud dari keberadaan Neraka, yaitu sebagai tempat tempat
pembakaran Allah untuk memusnahkan kejahatan.[8]
4.
4. 2. 2. Neraka juga Dihubungkan Dengan Ungkapan “Ratapan dan Kertakan Gigi” Serta
“Kegelapan Yang Paling Gelap”
Kategori analogis lain yang secara
implisit dihubungkan juga dengan Neraka adalah ungkapan tentang “ratapan dan
kertakan gigi” serta “kegelapan yang paling gelap” (Bdk. Mat. 8: 12; 13: 42).
Apa maksud dari ungkapan-ungkapan tersebut?
Pertama,
kaitan Neraka dengan ungkapan “ratapan dan kertakan gigi”. Sebenarnya ungkapan
“ratapan dan kertakan gigi” menunjuk pada realitas yang sama meskipun dibahasakan
melalui cara yang berbeda. Ratapan dan kertakan gigi sebagaimana yang dapat
dibaca dalam ayat-ayat rujukan di atas menampilkan reaksi manusia terhadap hukuman
Neraka. Keputusasaan yang dirasakan saat menyadari cara hidup yang salah selama
hidup di dunia ini pada akhirnya menghantar pada drama pemusnahan, dihukum menuju
kematian yang terakhir, merupakan hal yang sangat menakutkan. Tepat pada saat itulah
“ratapan dan kertakan gigi” menjadi pertunjukan yang mengerikan.[9]
Kedua,
kaitan Neraka dengan ungkapan “kegelapan yang paling gelap”. Makna dari
ungkapan ini sangat jelas bila dibaca dalam perikop yang paralel dengan Matius 8:12,
yaitu Lukas 13:28. Di dalam ayat paralel ini memang terdapat sedikit perbedaan pemakaian
kata-kata namun justru membantu kita untuk memahami makna dari “kegelapan yang
paling gelap”. Secara gamblang, “kegelapan yang paling gelap” berarti kegelapan
di luar Kerajaan Allah. Di sana hanya terdapat kematian. Sebab itu, apabila
dikatakan bahwa “anak-anak Kerajaan” dicampakkan ke dalam “kegelapan yang
paling gelap”, itu berarti bahwa mereka dipisahkan dari hidup Allah; mereka dimusnahkan.[10]
4.
4. 3. Neraka Adalah Tempat Pembinasaan Kekal
Setelah menjelaskan kategori-kategori
analogis yang menunjuk pada Neraka, maka pada akhirnya bisa disimpulkan bahwa Neraka
dalam pengajaran Tuhan Yesus sebenarnya bermakna hakiki sebagai tempat pembinasaan
kekal (eternal destruction).
Secara logis, mungkin ungkapan “pembinasaan
kekal” ini problematis karena kedua kata tersebut, yakni “kekal” (eternal) dan “pembinasaan” (destruction) memiliki makna yang
bertentangan. Hal yang bersifat kekal tentunya tidak dapat dibinasakan atau
dimusnahkan; melainkan hanya yang bersifat tidak kekallah yang bisa dimusnahkan.
Namun dalam batasan pengertian ini, “pembinasaan kekal” yang dimaksudkan lebih
sebagai kemusnahan selamanya tanpa bisa kembali lagi.
Sehubungan dengan tesis ini, yaitu
Neraka sebagai tempat pembinasaan kekal, sungguh mendapat peneguhannya yang mendasar
apabila kita memahami kategori analogis “Api” sebagai lambang penghancuran. Bahwa
Api bukanlah lambang penyiksaan. Api adalah lambang pemusnahan yang memusnahkan
segala sesuatu dengan sangat cepat sehingga kita bahkan tidak memiliki waktu
yang cukup untuk menderita. Bagai secarik kertas yang dibakar, keberadaan seseorang
di dalam Neraka pun akan segera lenyap dilalap api. Dengan menyadari kengerian
Neraka seperti ini, kita lantas mengulang kembali gugatan yang pernah ada, di
manakah keadilan Allah dengan mengadakan Neraka terhadap umatNya?
Pada dasarnya keadilan Allah tidak
perlu dipersoalkan sebab dengan mengadakan Neraka pun Allah tetap berlaku adil
terhadap umatNya. Neraka akan selalu ada karena Allah memerlukan suatu tempat
untuk membinasakan kejahatan.
Memang jauh di lubuk hati terdalam
Allah bahwa Ia tidak senang melihat kematian orang fasik (Bdk. Yehez. 33:11),
namun sampai pada titik tertentu apabila kita tidak memiliki sedikit pun niat
untuk bertobat, membuat keputusan keberadaan untuk menolak dosa, maka itu
berarti kita tidak memberi pilihan lain kepada Allah selain membinasakan kita di
dalam Neraka. Tentang ini, memang Allah akan melakukannya dengan sedih, akan
tetapi Allah perlu melakukannya agar kejahatan bisa disingkirkan.
Jadi, pembinasaan kekal (eternal destruction) yang berlangsung di dalam Neraka sebenarnya
berimbang dengan dosa yang diperbuat oleh manusia. Itulah keadilan Allah!
V. Penutup
5.
1. Kesimpulan
Setelah
menggumuli unit observasi yang memuat pengajaran Tuhan Yesus tentang Neraka berdasarkan
sampel yang dipilih, maka bisa disimpulkan bahwa laporan hasil penelitian ini sekurang-kurangnya
telah menjawabi pokok permasalahan dan tujuan penelitian yang dirumuskan pada
bagian awal pendahuluan artikel ini. Selain itu juga, hipotesis yang coba diungkapkan
oleh peneliti pada bagian akhir tinjauan pustaka bisa ditegaskan sebagai tesis karena
kategori-kategori analogis yang menunjuk pada kata Neraka sungguh menegaskan realitas
ini, bahwa Neraka adalah tempat pembinasaan kekal (eternal destruction).
5.
2. Usul-Saran
Menimbang
bahwa manfaat dari penelitian ini adalah untuk memurnikan pemahaman umat
beriman Kristen tentang Neraka berdasarkan pengajaran Tuhan Yesus, maka dirasa perlu
untuk menindak-lanjuti hasil penelitian ini dengan membuat katekese tentang
Neraka bagi kelompok-kelompok kategorial dalam pelayanan pastoral. Tujuan dari
katekese semacam ini pertama-tama bukan untuk menakut-nakuti umat beriman
tentang realitas kengerian Neraka, melainkan terutama adalah memicu kesadaran
umat beriman untuk mengevaluasi hidup keagamaannya sehingga tidak tersesat pada
praksis penghayatan yang salah atau tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.
[1]Karena Surga merupakan
kesatuan sempurna dengan Allah, maka Neraka berarti keterpisahan dari Allah. Bdk.
KWI, Iman Katolik Buku Informasi dan
Referensi, cet. ke-12 (Kanisius: Yogyakarta, 2007), p. 466.
[3]Mary
K. Baxter, “A Divine Revelation of Hell”, (online), (http://spiritlessons.com/Mary_K_Baxter_A_Divine_Revelation_of_Hell.htm?gclid=CK_YmOGv6YsCFSAZIwodVHFpRQ),
diakses tanggal 20 Desember 2011.
[4]“Ke
Mana Kamu Pergi Ketika Ketika Kamu Meninggal”, (online), (http://www.kaskus.us/showthread.php?t=3870008),
diakses tanggal 20 Desember 2011.
[5]John Shea, What Modern Catholic Believes About Heaven
and Hell (Chicago Illinois: The Thomas More Press, 1972), p. 70.
[6]Simeon Bera Muda, “Kuliah
Mimbar Eksegese Matius”, (ms.), (Maumere: STFK Ledalero, 2006).
[7]John Shea, op. cit., pp. 73-74.
[9]Eric Chang, “Neraka: Tempat
Di Mana Allah Memusnahkan Kejahatan”, (online), (www.cahayapengharapan.org/khotbah.htm), diakses tanggal 20
Desember 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar