Nota
Pastoral KWI tahun 2003 yang bertemakan “Keadilan Sosial Bagi Semua” (Aspek
Sosial-Politik) pada hakikatnya berisikan himbauan moral yang menggugah untuk memperhatikan
kembali jalannya kehidupan berpolitik bangsa ini yang kian terasa mulai kurang
beretika dan bertanggung jawab. Hal itu memang patut diakui karena mengemukanya
berbagai masalah dan keprihatinan yang dibicarakan dalam nota pastoral ini berasal-muasal
dari kekurang-adaban seni atau keterampilan mengatur kehidupan bersama tersebut.
Krisis sosial, ekonomi, hukum, dan lain sebagainya adalah imbas dari krisis
politik yang tidak lagi setia pada tugas luhurnya, yaitu untuk mengupayakan dan
mewujudkan kesejahteraan bersama. Sebab itu, seruan moral seperti termuat dalam
nota pastoral ini bisa dibaca sebagai bahan penyadaran untuk merevitalisasi dan
merejuvenasi peran politik agar berkiprah lagi sesuai tuntutan tugas luhurnya.
Dan untuk konteks sekarang pun, sekali
lagi himbauan moral seperti termuat dalam nota pastoral KWI tahun 2003 itu masih
relevan. Berbagai masalah dan keprihatinan yang dibicarakan dahulu sepertinya tetap
menjadi wacana kontekstual. Kerinduan untuk mengubah wajah politik negeri ini
agar kembali beretika dan bertanggung jawab masih terus dipergunjingkan entah
sampai kapan. Apalagi diperparah dengan “gugatan lancang” akhir-akhir ini untuk
mengganti landasan berpolitik bangsa ini yang bertumpu pada pancasila, menurut hemat
saya hanya akan memelihara ketidak-adaban politik yang berakibat memecah-belah
persatuan bangsa. Dengan demikian, tawaran solusi yang bisa dipertimbangkan untuk
mengatasi krisis kehidupan berpolitik yang berkepanjangan ini adalah secara
serius memberlakukan pengajaran pendidikan politik bagi anak-anak bangsa sejak
usia dini agar mereka tahu memahami orientasi politik yang benar untuk mengupayakan
dan mewujudkan kesejahteraan bersama. Memang atau mungkin solusi yang
ditawarkan ini terkesan visionis, namun saya yakin bahwa reformasi kehidupan berpolitik
di negara ini masih akan terus berjalan dan anak-anak bangsa yang masih berusia
dini itulah yang nantinya akan menjadi pelopor perubahan ketika internalisasi
nilai-nilai pendidikan politik yang sudah mereka peroleh di bangku sekolah mengemuka
dalam kesadaran dan menuntut aplikasi kreatifnya. Pada akhirnya, pendidikan
politik yang relevan seperti ini juga tidak bisa tidak didukung oleh pendidikan
iman atau agama yang benar sebab hubungan antara kedua dimensi kehidupan tersebut
sangat mutual untuk bisa melahirkan politik hati nurani, yang berpihak dan berpijak
pada kesejahteraan bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar